5 Penelitian ini akan Menjawab Seberapa ilmiah Pawang Hujan

Profesi pawang hujan tiba tiba menjadi viral di dunia setelah perhelatan event motogp di mandalika. Bahkan kalo ketemu teman, yang pertama dibicarakan adalah pawang hujannya, baru ngomongin marc marquez yang crash, terus tentang Risman pegawai hotel yang disebut oleh sang juara motogp mandalika Miguel oliviera saat sesi wawancara dan setelah setelah itu baru ngomongin hasil motogp nya haha. Ditambah lagi di official sosial media motogp, skysportmotogp dan beberapa media lain mengangkat topik ini.

Terus pertanyaannya ? emang bener ya pawang hujan ini bisa mindahin atau berhentiin hujan ? nahh kalo gitu kita liat sama sama yok! seberapa ilmiah profesi pawang hujan melalui 5 penelitian ini.

 

#1 “Nyirep Udan” dalam acara pernikahan masyarakat dusun damarsi, Mojoanyar, Mojokerto (Tinjauan Perpektif Teori kontruksi sosial Perter Ludwig Berger dan Thomas Luckman)

Skripsi dengan judul “Nyirep Udan” dalam acara pernikahan masyarakat dusun damarsi, Mojoanyar, Mojokerto (Tinjauan Perpektif Teori kontruksi sosial Perter Ludwig Berger dan Thomas Luckman) ini ditulis oleh Anne Resfanda Sepenty Rinal Ashari Dari Universitas Islam Negeri Sunan Ampel Surabaya Di Tahun 2018. Jadi Nyirep udan adalah kebutuhan untuk sesaat menunda turunnya hujan. Didalam penelitian ini didapatkan tiga kesimpulan yaitu :

Satu, Masyarakat memahami Nyirep Udan dalam Tradisi Nikah Dusun Damarsi Mojoanyar Mojokerto berasal dari wawasan nenek moyang yang sudah mengunakan upacara Nyirep Udan dari sejak dulu dan diwariskan ke generasi-generasi berikutnya dan sekarang Nyirep Udan menjadi kepercayaan dan digunakan ketika mempunyai sebuah acara atau hajatan oleh masyarakat dusun Damarsi untuk terbebas dari berbagai macam malapetaka atau musibah

Kedua, Pandangan teori kontruksi sosial ialah  Masyarakat pada awalnya mengunakan tradisi tersebut karena melihat orang-orang disekitar mereka mengunakan tradisi tersebut saat mempunyai sebuah acara. Selanjutnya individu meniru yang dia lihat tanpa adanya paksaan dari orang lain. Keinginan mengunakan Nyirep Udan sebenarnya terpengaruh oleh lingkungan sekitar dan menjadi kebiasaan dan tradisi yang biasa dilakukan masyarakat Damarsi hingga sekarang

Dan Ketiga, Pandangan Agama Islam terhadap Nyirep Udan ialah hujan yang membuat, menurunkan, yang menentukan kadar, waktu dan tempat adalah Allah SWT. Jika Allah SWT menempatkan hujan ditempat ada daerah itu maka tidak ada seorang yang mampu menolak, memindah atau memperpendek atau mengurangi kadarnya. Jika ada mendung hitam di suatu daerah tersebut bukan karena pengaruh kerja pawang hujan akan tetapi karena Allah SWT belum berkehendak menurunkan hujan di daerah tersebut. Pawang hujan yang tidak sesuai syariat termasuk menentang Rububiyah Allah di samping cara-cara yang digunakan sarat dengan syrik. Karenanya barang siapa yang mengkalaim bisa mengetahui waktu hujan atau mengklaim bisa menahan hujan maka terjatuh dalam kekafiran.

#2 Peranan Pawang Hujan Dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan pada Etnis Jawa di Tinjowan Kecamatan Ujung Pandang Kabupaten Simalungun

Yang kedua ini adalah skripsi yang ditulis tahun 2016 oleh Evi Junalisah Dari Program Studi Pendidikan Antropologi Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan. Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh hasil penelitian sebagai berikut: (1) Peranan pawang hujan tidak hanya berperan pada saat pelaksanaan pesta saja melainkan sebelum pelaksanaan pesta pawang hujan sudah berperan dalam menentukan tanggal dan hari yang baik dalam pelaksanaan pesta. (2) Etnis Jawa mempercayai tentang hitungan tanggal dan hari baik untuk pelaksanaan pesta. (3) Pawang Hujan dalam menjalankan tugasnya memiliki simbol yang dijadikan sebagai ciri khas dalam menjalankan tugasnya dan memiliki fungsinya masing-masing dari setiap simbol-simbol yang digunakan. (4) Adanya pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar oleh orang tua pengantin maupun pengantin sebagai tanda untuk mencegah agar hujan tidak turun selama pelaksanaan pesta berlangsung.

Kesimpulannya bahwa masyarakat di Tinjowan khususnya etnis Jawa, masih mempercayai tentang peranan pawang hujan ketika akan melaksanakan pesta pernikahan. Etnis Jawa di Tinjowan ini juga masih mempercayai tentang hitugan tanggal dan hari baik dalam melaksanakan pesta pernikahan. Pantangan-pantangan yang tidak boleh dilanggar ketika melaksanakan pesta pernikahan seperti pantangan tidak boleh mandi ketika hari pelaksanaan pesta pun masih dipercayai oleh masyarakat Etnis Jawa di Tinjowan, Kecamatan Ujung Padang , Kabupaten Simalungun ini.

#3 Kepercayaan masyarakat terhadap ritual memindahkan Hujan di desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak

Didalam jurnal yang ditulis oleh Sintia Kurnia dari jurusan Sosiologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Riau dalam penelitiannya yang berjudul “ Kepercayaan Masyarakat Terhadap Ritual Memindahkan Hujan Di Desa Tualang Kecamatan Tualang Kabupaten Siak”. Penelitian ini menganalisis tentang kepercayaan masyarakat terhadap ritual memindahkan hujan di Kecamatan Tualang Kabupaten Siak. Penelitian ini merupakan suatu kajian sosial yang terjadi di masyarakat Kecamatan Tualang, kedudukan pawang hujan dalam masyarakat sangat penting. Pawang hujan merupakan sosok yang memiliki kelebihan dalam bidang memindahkan hujan yang dipercaya oleh masyarakat Kecamatan Tualang sampai saat sekarang ini. Pawang hujan banyak diminta oleh masyarakat dalam berbagai kegiatan dimana kegiatan yang dilakukan memakai ruangan terbuka. Kepercayaan masyarakat sangat di dukung oleh peranan dari pawang hujan di dalam kegiatan sosial masyarakat Kecamatan Tualang. Teori yang digunakan adalah menurut Auguste Comte. Analisa data dilakukan dengan kualitatif deskriptif, teknik pengambilan data dalam penelitian ini adalah purposive dimana jumlah responden berjumlah 6 orang yang terdiri dari masyarakat Kecamatan Tualang. Dari hasil penelitian dilapangan bahwa kepercayaan masyarakat terhadap pawang hujan sampai saat ini masih eksis digunakan oleh masyarakat Kecamatan Tualang yang merupakan penduduk asli yang mendiami daerah tersebut.

#4 Tradisi Menggunakan jasa pawang Hujan ditinjau dari aqidah Islam

Yuliani, Sapitri (2020) Tradisi Menggunakan Jasa Pawang Hujan Ditinjau Dari Aqidah Islam : (Studi Kasus: Desa Sei Rotan Dsn IX Psr XI Kec. Percut Sei Tuan Kab. Deli Serdang. Skripsi thesis, Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Medan). Dalam penelitian ini penulis mengkaji tentang bagaimana pandangan aqidah Islam terhadap tradisi menggunakan jasa pawang hujan di Desa Sei Rotan. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu apa yang dimaksud dengan pawang hujan, bagaimana tatacara pelaksanaan pawang hujan, dan bagaimana tinjauan aqidah Islam terhadap pawang hujan tersebut. Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode kualitatif, yaitu melakukan penelitian lapangan dengan teknik pengumpulan data dengan cara observasi atau pengamatan serta dengan melakukan wawancara secara mendalam dengan bertatap muka menggunakan pertanyaan yang sifatnya terbuka. Adapun hasil dari penelitian ini pawang hujan tersebut ternyata benar sesuatu hal yang menyimpang dari aqidah Islam. Hal itu karena tatacara yang dilakukan oleh pawang hujan tersebut menggunakan sesuatu bahan – bahan dan pembacaan sebuah mantra yang diyakini mampu menolak hujan. Adapun bahan yang harus dipersiapkan oleh pelaksana acara hajatan dalam melakukan ritual pemindahan hujan diantaranya berupa cabe merah yang masih segar dan memiliki tangkai sebanyak 7 buah, 1 mangkok kecil garam dan 7 buah paku yang nantinya keseluruhan bahan tersebut akan ditaburkan di sekitaran rumah orang yang melakukan hajatan 1 hari sebelum pelaksanaan acara hajatan berlangsung. Tatacara yang dilakukan oleh masyarakat tersebut tentunya atas perintah dan arahan dari sang pawang hujan. begitu juga dengan sang pawang hujan, ia juga akan melakukan sebuah ritual dalam memindahkan hujan di dalam sebuah kamar di rumahnya dengan menggunakan beberapa bahan seperti bunga – bunga dan wangian sejenis kemenyan yang dibakar. Dalam melakukan ritual tersebut sang pawang hujan memiliki pantangan yaitu sang pawang hujan tidak boleh makan dan minum di tempat orang yang melaksnakan hajatan tersebut. Berdasarkan penjelasan diatas, perbuatan tersebut tentulah dapat dikatakan sebagai perbuatan syirik karena meyakini dan meminta sesuatu hal kepada selain Allah SWT tuhan pencipta alam semesta ini (Firman Allah dalam Surah Al-Fatiha ayat 5). Hal tersebut terjadi karena kurangnya latar belakang pendidikan agama serta karena faktor budaya atau kebiasaan masyarakat tersebut yang sangat berperan penting dalam pengunaan pawang hujan yang terus dijalankan sampai saat ini.

#5 Tradisi Ritual Memindahkan Hujan Dalam Perspektif Islam

Terakhir didalam skripsi berjudul Tradisi Ritual Memindahkan Hujan Dalam Perspektif Islam (Studi Kasus Desa Purwodadi Simpang Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan) yang ditulis oleh Rita Retno Anggraini Dari Fakultas Dakwah Dan Ilmu Komunikasi Universitas Islam Negeri Raden Intan Lampung tahun 2020 menggunakan metode penelitian deskriptif dengan pengumpulan data dengan cara interview dan metode lainnya sebagai penunjang untuk melengkapi yaitu metode observasi dan dokumentasi. Sampel yang digunakan adalah purposive sampling, informan yang terlibat langsung dengan pelaksanaan ritual tersebut, pawang hujan, tokoh masyarakat, dan masyarakat setempat. Dari Penelitian ini dapat diambil kesimpulan bahwa dari pelaksanaan tradisi ritual memindahkan hujan di desa Purwodadi Simpang Kecamatan Tanjung Bintang Kabupaten Lampung Selatan bahwa mereka masih menjalankan warisan dari budaya keagamaan nenek moyang sebelum penyebaran agama Islam, Sehingga menyimpang dari ajaran Islam. Dalam hal ini perlu ada proses islamisasi pemurnian aqidah serta arahan pelestarian tradisi yang tidak menyimpang dengan ajaran Islam. Maka dakwah diharapkan sebagai jalan yang dapat menyadarkan masyarakat akan hal-hal yang dapat menjerumuskan masyarakat ke jalan yang tidak benar.

Ngomongin tentang hujan, ada salah satu tulisan bagus dari ustadz Muhammad Abduh Tuasikal, S.T., M.Sc. yang berjudul Keimanan Berkaitan Dengan Hujan yang mungkin bisa referensi belajar kita Bersama.

Sekian untuk pembahasan tentang seberapa ilmiah profesi pawang hujan ini. Penelitian penelitian diatas bersumber dari berbagai referensi, seperti skripsi sampai jurnal ilmiah. Saya gak nyangka ternyata ada yang melakukan penelitian tentang pawang hujan ini haha.

Semoga bermanfaat dan terima kasih teman teman

 

Daftar Pustaka

Ashari, A.R.S.R., 2018. Nyirep Udan dalam acara pernikahan masyarakat Dusun Damarsi, Mojoanyar, Mojokerto: tinjauan perspektif teori kontruksi sosial Perter Ludwig Berger dan Thomas Luckman (Doctoral dissertation, UIN Sunan Ampel Surabaya).

 

Junalisah, E., 2016. Peranan Pawang Hujan Dalam Pelaksanaan Pesta Pernikahan Pada Etnis Jawa Di Tinjowan Kecamatan Ujung Padang Kabupaten Simalungun (Doctoral dissertation, UNIMED).

 

Kurnia, S. and Marnelly, T.R., 2017. Kepercayaan Masyarakat Terhadap Ritual Memindahkan Hujan Di Kecamatan Tualang Kabupaten Siak (Doctoral dissertation, Riau University).

 

Arifinsyah, A., Harahap, S. and Yuliani, S., 2020. Tradisi Menggunakan Jasa Pawang Hujan Ditinjau Dari Aqidah Islam. Al-Hikmah: Jurnal Theosofi dan Peradaban Islam, 2(2).

 

Anggraini, R.R., 2020. Tradisi Ritual Memindahkan Hujan Dalam Perspektif Islam (Studi kasus Desa Purwodadi Simpang Kecamatan Tanjung Bintang kabupaten Lampung Selatan) (Doctoral dissertation, UIN Raden Intan Lampung).

3 komentar untuk "5 Penelitian ini akan Menjawab Seberapa ilmiah Pawang Hujan"

  1. Comment Author Avatar
    Saya melihat tindakan pemerintah kita sangatlah konyol. Saya yakin, pawang hujan kmrin bukan hanya sbg bntuk marketing tpi mreka memang percaya sama si pawang. Naudzubillah,, kita dipmpin oleh orang yg akidahnya masih brmasalah
  2. Comment Author Avatar
    saya seneng lihat pawang hujan. Berasa nonton Dr Strange, penjaga universe dari dark dimension hehe
  3. Comment Author Avatar
    saya merasa aneh aja dengan kehadiran pawang hujan di mandalika kemaren..
    masih bertanya tanya dalam hati. kenapa yaaa.